Jangan Abaikan Kesehatan Mata Di Tempat Kerja

Mata merupakan suatu indra terpenting dalam bekerja. Betapa tidak,  penelitian menunjukkan gangguan penglihatan yang paling ringan sekali pun dapat mengurangi akurasi kerja hingga 22% serta menurunkan produktivitas sekitar 10%.  Sebaliknya, penggunaan kacamata koreksi pada orang yang mengalami gangguan penglihatan kelainan refraksi ternyata dapat meningkatkan produktivitas sampai 22%.

Saat ini di seluruh dunia terdapat sekitar 160,7 juta orang angkatan kerja yang menderita gangguan penglihatan taraf sedang hingga parah. Selanjutnya gangguan penglihatan tersebut bila tidak diatasi dapat berisiko terjadinya kehilangan penglihatan.

Padahal menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 90% kehilangan penglihatan sebenarnya dapat dicegah. Sebagian besar penyakit mata dapat disembuhkan, paling tidak perkembangannya dapat dihambat, terutama bila dilakukan deteksi dan penanganan sejak dini.

World Sight Day 2023

Mungkin tidak banyak yang mengetahui, Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) setiap tahun diperingati pada hari kamis ke dua bulan oktober. Tahun ini berlangsung pada 12 oktober 2023 dan tema yang ditetapkan adalah Love Your Eyes At Work (sayangi mata anda di tempat kerja).

Tema tersebut ditetapkan badan internasional untuk pencegahan kebutaan IAPB (International Agency for the Prevention of Blindness) yang setiap tahunnya secara internasional mengkoordinasikan kegiatan World Sight Day. Berdasar tema tersebut diharapkan diberikannya prioritas yang memadai bagi kesehatan mata, serta tersediannya pelayanan kesehatan mata yang terjangkau bagi para pekerja.

Diharapkan kondisi kerja yang kondusif bagi kesehatan mata seperti penerangan yang cukup, kesempatan istirahat untuk menghindari ketegangan mata (eye strain), dan juga fasilitas peralatan proteksi terhadap gangguan penglihatan. Serta pula dilaksanankannya protokol gawat darurat bila terjadi kecelakaan kerja yang mengenai organ penglihatan pekerja.

Patut disadari, gangguan penglihatan tidak saja menurunkan produktivitas, namun juga berpengaruh terhadap kualitas hidup dan motivasi kerja. Selain itu gangguan penglihatan dapat pula menimbulkan depresi serta menghambat relasi sosial pekerja.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan pada arahan dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia 2023 mengharapkan agar dunia usaha memperhatikan kesehatan mata para pekerjanya. Pada pernyataan yang disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Eva Susanti, dikemukakan bahwa edukasi dan informasi untuk menjaga kesehatan penglihatan di tempat kerja perlu dilakukan secara masif agar masyarakat dapat terhindar dari gangguan penglihatan.

Kementerian kesehatan dalam memperingati Hari Penglihatan Sedunia mengupayakan peningkatan kepedulian dalam memberikan penyuluhan, kampanye dan sosialisasi melalui media sosial, serta mengadakan seminar dan bakti sosial.Termasuk mengajak para pekerja melakukan deteksi dini dengan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, terutama ketika merasakan gejala gangguan penglihatan.

Ganguan Kesehatan Mata Di Tempat Kerja

Selama ini kesehatan mata di tempat kerja kerap diabaikan. Kenyataan menunjukkan, gangguan kesehatan mata di tempat kerja dapat berakibat hingga hilangnya penglihatan.

Menurut laporan Organisasi Pekerja Internasional (ILO), pada 2021 di seluruh dunia terdapat sekitar 13 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan akibat kerja. Sebanyak 3,5 juta orang per tahun mengalami cedera dan kecelakaan kerja pada organ penglihatannya.

Dengan demikian penting untuk melakukan pencegahan gangguan kesehatan mata di tempat kerja. Sebenarnya sekitar 9 dari 10 gangguan kesehatan mata di tempat kerja dapat dicegah.

Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan mata di tempat kerja. Faktor risiko tersebut seperti pekerjaaan yang memerlukan intensitas penglihatan, bekerja menangani obyek pekerjaan dalam jarak dekat yakni kurang dari 50 cm (near work), ataupun membaca teks yang ukurannya kecil, apalagi saat ini semakin berkembang penggunaan layar digital dalam bekerja dengan menggunakan komputer, laptop, maupun hand-phone.  Belum lagi ruang kerja dengan penerangan yang kurang, maupun posisi kerja yang tidak sesuai dengan ergonomi penglihatan.  

Terdapat pula pekerjaan yang berisiko mengiritasi terhadap organ penglihatan seperti pada pekerjaan proses industri, serta penggunaan laser, radiasi, dan bahan kimia yang berbahaya. Termasuk pula risiko paparan yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti kondisi kerja yang berdebu, serta terpapar bahan yang infeksius.

Faktor risiko tersebut dapat menimbukan penyakit mata akibat kerja. Berbagai penyakit mata akibat kerja yang berpotensi terjadi ataupun meningkat intensitasnya antara lain: kelainan refraksi, katarak, age related macular degeneration (ARMD), konjungtivitis, keratitis, dry eye syndrome, infeksi mata, dan trauma mata.

Kelainan refraksi banyak terjadi pada pekerja yang banyak melakukan aktivitas bekerja jarak dekat, dan pada penggunaan layar digital dengan durasi tinggi. 

Risiko katarak akan meningkat bila mata terpapar radiasi atau kalau mengalami trauma.

Age Related Macular Degeneration (ARMD) merupakan degenerasi makula karena penuaan namun akan meningkat risikonya bila terkena paparan sinar dari komputer atau hand-phone.   

Konjungtivitis yang merupakan radang pada konjungtiva dapat terjadi karena paparan bahan kimia seperti zat alkali, bahan pewarna, klorin, dan bahan kosmetik. 

Keratitis yaitu radang pada kornea mata dapat terjadi pada orang yang dalam bekerja banyak terpapar sinar ultra violet seperti pada pekerja las dan petugas laboratorium.

Dry eye syndrome atau mata kering banyak terjadi pada mereka yang banyak bekerja menggunakan layar digital serta pada orang yang bekerja di ruang AC dengan intensitas tinggi.

Infeksi organ mata akan terjadi bila terpapar bahan yang infektius di tempat kerja.

Trauma mata dapat terjadi karena masuknya benda asing, atau pun terkena bahan kimia, dan radiasi.

Berdasarkan kenyataan terdapatnya gangguan penglihatan akibat kerja, maka dalam rangka pencegahan dan perlindungan kesehatan mata pekerja, perlu dilakukan upaya:

 ~ Mengidentifikasi dan menghindari faktor risiko yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mata pekerja.

~ Penatalaksanaan prosedur serta penggunaan peralatan perlindungan terhadap faktor risiko yang dapat membahayakan kesehatan mata pekerja.

~ Edukasi dan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan kesehatan mata pekerja.

~ Pelayanan kesehatan mata bagi pekerja, termasuk penyediaan kacamata koreksi bagi pekerja yang mengalami kelainan refraksi. 

Perkembangan mutahir dalam kesehatan mata di tempat kerja adalah dampak perubahan pola kerja akibat pandemi Covid-19. Dalam hal ini Covid-19 telah menimbulkan perubahan drastis dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang signifikan adalah peningkatan intensitas penggunaan layar digital dalam bekerja dengan menggunakan komputer, laptop, maupun handphone. 

Penggunaan layar digital yang berkepanjangan bila tidak dilakukan secara seksama dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mata. Dampak negatif penggunaan layar digital yang tidak terkendali selain dapat berakibat meningkatnya kelainan refraksi juga terutama menimbulkan CVS (Computer Vision Syndrome) atau disebut juga Digital Eye Strain. 

CVS adalah memburuknya kondisi kesehatan mata akibat tingginya intensitas penggunaan layar digital. CVS ditandai dengan sekumpulan gejala berupa mata menjadi lelah, nyeri, kering, tegang, serta penglihatan kabur dan sulit fokus.

Mencegah CVS dilakukan dengan cara menggunakan layar digital dengan penerangan yang cukup, pada jarak yang ideal yaitu sekitar 50-60 cm dari layar, serta posisi kerja yang ergonomis. Sebaiknya juga dibatasi waktu penggunaan layar digital (screen time) sesuai dengan anjuran maksimal 6-8 jam sehari bagi orang dewasa. 

Dalam mengendalikan dampak buruk penggunaan layar digital terdapat pula anjuran 20 – 20 – 20. Setiap kali menggunakan layar digital selama 20 menit, usahakan beristrirahat selama 20 detik, dengan memandang obyek yang berjarak miminal 20 feet atau sekitar 6 meter. 

--------------------------------

Penulis: Dr. Paulus Januar – Dosen ARO KIP (Akademi Refraksi Optisi Kartika Indra Persada) - Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *